Selama masa pendudukan Jepang yaitu pada tahun 1942-1945, untuk menyenangkan hati rakyat, Jepang mengizinkan berdirinya POETERA dan Keimin Bunka Shidoso.

A.     POETERA

POETERA atau Poesat Tenaga Rakjat adalah sebuah organisasi politik yang berdiri tahun 1942. Tujuan utamanya adalah membuat suatu “kekuatan” hebat yang berangkat dari masyarakat dibawah kepemimpinan Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hadjar Dewantara dan K.H. Mas Mansoer (Empat Serangkai).

Jepang selalu mengawasi kegiatan POETERA , bagi Jepang sendiri POETERA dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan perasaan anti barat dan melalui organisasi ini semua potensi masyarakat Indonesia dapat dipusatkan untuk membantu usaha perang jepang.

POETERA memiliki beberapa departemen. Pada departemen kebudayaan dipimpin oleh Sudjojono dan Afandi. Misi mereka mempromosikan dan mempopulerkan seni murni masyarakat luas. Khususnya pada perkembangan seni modern Indonesia di dunia. Organisasi ini juga berhasil memproteksi seni dari propaganda Jepang khususnya untuk menyukseskan militer Jepang.

Pada tahun 1942 POETERA mulai memamerkan hasil lukisan dari para seniman muda yang bertempat tinggal di Jakarta. Selain itu digelar juga pameran Solo dari pelukis Basuki Abdullah , Affandi , Kartono Yudokusumo dan Nyoman Ngendon. Pada tahun 1943 diselenggarakan beberapa pameran dan masyarakat mempunyai kesempatan untuk melihatnya. Namun pada tahun 1944, pemerintah Jepang membubarkan POETERA karena mereka sadar bahwa perkembangan POETERA justru lebih menguntungkan bangsa Indonesia.

B. KEIMIN BUNKA SIDHOSO

Keimin Bunka Shidoso merupakan pusat kebudayaan yang didirikan secara resmi oleh pemerintah Jepang pada 1943. Keimin Bunka Shidoso dan terdiri dari berbagai aliran seni seperti sastra, musik, tari, drama, film, dan seni murni. Departemen Seni Murni dipimpin oleh Agus Djaja yang dahulu menjadi salah satu pendiri PERSAGI. Untuk kegiatan lembaga ini pihak Jepang meminta Sudjojono, Basuki Abdullah dan Subanto untuk mengajarkan seni murni kepada para seniman baru seperti Zaini, Nashar dan Moctar Apin dari Sumatera Barat; Trubus dan Kusnadi dari Jawa Tengah. Henk Ngantung, Hendra Gunawan, Otto Djaja dan Dullah merupakan seniman-seniman pemula yang karyanya dipamerkan pada pameran Keimin Bunka Shidoso. Keimin Bunka Shidoso berhasil membentuk ikatan yang baik antara seniman dengan masyarakat.  Program ini menyediakan ruangan studio gambar dan fasilitas model, ruangan untuk berpameran, dana untuk melakukan perjalanan guna menambah wawasan pelukis , hadiah untuk para seniman berbakat, memfasilitasi seniman Jepang untuk memberikan workshop.

Pada tahun 1944 dibawah kepemimpinan Sudjono dan Basuki Abdullah perkembangan seni lukis yang semula bersifat kursus lebih difokuskan menjadi lebih akademik.

Pada tahun 1945 Keimin Bunka Shidoso dibubarkan bersama dengan runtuhnya pendudukan Jepang.

Contoh Lukisan pada Masa Pendudukan Jepang

Sumber : http://alixbumiartyou.blogspot.com/2013/07/sejarah-dan-perkembangan-persagi.html

Lukisan Otto Djaja | Pertemuan | 1947

Otto Djaja | Pertemuan| 1947

Karya lukisan berjudul “Pertemuan”, 1947 ini isinya dapat ditafsirkan dengan berbagai interprestasi. Hal itu karena secara tekstual objek-objeknya mengandung potensi naratif yang multi interpretatif. Laki-laki dan perempuan sedang duduk. Laki-lakinya masih berpakaian lengkap dengan jas dan peci, sementara wanitanya memakai kebaya. Gestur tubuh kedua orang itu bisa mengisyaratkan komunikasi yang berisi konflik, sekaligus humor. Namun lebih dari itu, lukisan dengan pengolahan figur-figur naïf, warna cerah dan garisnya yang linier ini, dapat memberikan komentar kehidupan yang tajam. Karya-karya Otto Djaja memang bercirikan karakternya yang naïf, selalu dapat menangkap jiwa kehidupan masyarakat, dan dibingkai dalam warna humor yang satiris.


Astria Ricki Dwi Fauci

Astriana Widiastuti

Putri Wening Purwanti

Rizky Aristana Maharani

Yulita Anggraeni